Bapak dan Ibu Guru yang kami Benci



Dulu saya (eduardo) sempat memendam pertanyaan tentang beberapa guru-guru saya di sekolah saya.
Contoh pertanyaan itu adalah :
Kenapa sih gurunya boring?!

Kenapa sih gurunya rese : Ngajar KWN di Jurusan IPA
(yang notabene malah cuma sering ngasih tugas ngerjain LKS)
Kenapa sih gurunya marah-marah gak jelas?!

Kenapa sih ada guru yang datang cuma ngabesn, terus caw langsung ke koperasi -ngobrol sama penjaga koperasi..

dan Kenapa sih lain-lainnya lagi.

Aaaaaaahhhhhh. Serasa sayalah yang paling benar waktu itu dengan memiliki argumen yang juga tidak cukup kuat. Lagian toh saya lulus juga dari ujian-ujian kayak gitu. Saya lulus juga dengan belajar IPS di jurusan IPA. Waktu itu saya tidak bersyukur dengan mengeluhkan hal-hal yang sebenarnya menunjang cita-cita saya -cita-cita saya adalah orang yang berjurusan IPS (mau tau?).

Poin-nya,
bahwa ada guru-guru yang tidak saya sukai, waktu saya sekolah. Saya sempat berfikir, kalo ternyata sampai sekarang (waktu itu) banyak murid yang tidak nyaman dengan beliau, mengapa sekolah masih mempertahankan guru senior itu. Mungkin alasan politis atau alasan jalinan silaturahmi aja kali ya. Tapi yang ingin saya tekankan adalah bahwa saya ingin berintrospeksi.

Posisi saya sekarang adalah masa mudanya guru-guru saya.
Dulu saya punya guru-guru yang saya benci.
.
Tanyalah pada diri kita tentang : Kalau guru itu kita benci, waktu mudanya kayak gimana ya?
Tanya lagi pada diri kita tentang : Jika sikap dan cara belajar saya sekarang sebagai calon pendidik seperti ini, disukai oleh murid-kah saya nanti?

Mungkin ilmu saya juga belum banyak dengan menulis ini. Harapannya kita bisa lebih menjadi pendidik bagi diri kita terlebih dahulu daripada pendidik manusia di sekitar kita. Introspeksi.

3 comments:

Post a Comment